Senin, 15 Juli 2013

Sepenggal Kisah Tiang Bendera

Setiap manisia memiliki haknya setelah dia lahir. Hak Asasi, itu lah yang sering mereka gembor-gemborkan, terutama hak sebagai warga negara yang telah tercantum dalam Undang-Undang, tapi ada satu hal yang sering terlupakan, yaitu "Tanggungjawab". Mereka selalu menuntut semua haknya haknya, hak atas kesehatan, pendidikan, pekerjaan, kehidupan yang layak, dll, tapi apa sebenarnya kewajiban mereka ....???, apa mereka sudah melakukannya ...???
Mungkin saya bakal dibunuh jika menanyakan hal ini dengan yang bersangkutan, padahal perntanyaan ini harusnya tidak perlu mereka dengar dari orang lain melainkan tertulis jelas dibenak mereka jika mereka memang merasa jadi bagian dari negara ini, negara yang sekarang sedang pesakitan karena ingin memenuhi hak rakyatnya tanpa mendapatkan hak yang seharusnya menjadi tanggungjawab semua rakyatnya, Ini tanah air kita, Tumpah darah kita, tapi mengapa rakyatnya tega menumpahkan darah mereka sendiri dan mengotori kesucian negeri ini.

Indonesia butuh sayap untuk terbang, tapi bukan hanya satu sayap, melainkan dua sayap yang bergerak harmoni dan selaras dengan arah mata angin yang akan mengangkat negeri ini semakin tinggi dengan semua karakter bangsa yang telah ditanamkan para leluhur kita. Dua sayap tersebut adalah Hak dan Kewajiban, kedua hal itu telah dimiliki dan melekat disetiap pribadi rakyat indonesia. Bayangkan saja jika semua rakyat negeri ini hanya bisa menuntut hak dan hak mereka, negara ini bukan hanya akan jatuh, tapi juga tenggelam.

Kewajiban sebagai warga negara telah jelas ditulis dalam Undang-Undang, tapi mereka terlalu buta dan tulu intuk melihat dan mendengar apa isi dan makna dari semua itu, mereka hanya tau tentang haknya. Kebutaan rakyat tentang kewajiban dan tanggungjawabnya adalah masalah utama pada fenomena merosotnya rasa nasionalisme yang ada pada pribadi bangsa ini.

Marilah kita menunduk sejenak ....
Sampai kapan kita menjadi warga negara yang menjadi bebani negara ini ...??
Sampai kapan kita menjadi warga negara yang menjadi penghambat negara ini ....??
Kapan negeri ini bisa terbang tinggi menuju kemakmuran seluruh rakyatnya ...??
Hanya kita yang tahu jawaban dari semua pertanyaan itu, dan kita yang dapat menentukan kapan waktu itu tiba. Waktu dimana negara ini menjadi negara yang disegani dengan segala yang dimiliki atau Kehancuran negara ini yang disebabkan oleh rakyatnya yang buta dan tuli tentang makna nasionalisme.

Negara ini telah lama bermimpi, mari kita bersama-sama membangunkan negara ini dari tidurnya. Bukan presiden, bukan menteri, bukan Anggota dewan, tapi kita semua, kita yang bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. 
Marilah kita bercermin pada tiang bendera yang selalu tegak berdiri demi berkibarnya Merah Putih.

Minggu, 14 Juli 2013

"Hidup Untuk Mati atau Mati Untuk Hidup"

Udara yang kita hirup dan detakkan jantung membuktikan kebesaran tuhan bagaimana Tuhan telah memberikan nikmat kepada manusia untuk menikmati segala ciptaannya. Bukan sekedar berpikir logika untuk menyadari arti hidup, karna hidup itu garis bayangan antara hal yang logis dan tidak logis. Mari kita sadari bahwa hidup dan mati adalah kehidupan yang berbeda tapi hanya dibatasi sebuah garis tipis yang hanya sedikit orang dapat menyadarinya.

Deskripsi dari kata "mati" adalah akhir dari sebuah kehidupan, akhir dari sebuah proses yang dijalani seorang manusia dalam memimpin dirinya sendiri untuk menuju tujuan hidupnya, karena setiap manusia memiliki tujuan hidup yang berbeda. Perbedaan tujuan hidup itu yang menjadi dasar klasifikasi apakah seorang manusia itu dapat dikatakan hidup untuk mati atau mati untuk hidup.

"Hidup untuk mati" adalah sebuah proses yang dipilh manusia dalam hidupnya karena orientasi hidupnya adalah sekedar menikmati hidup, merasakan nikmatnya hidup tanpa melihat kehidupan setelah mati. Orang-orang yang memilih jalan ini relatif pemikir logis karna anggapan yang mereka miliki bahwa semua yang diciptakan didunia ini memang ditujukan kepada manusia, mereka jarang, bahkan tidak pernah berpikir bagaimana mempertanggungjawabkan apa yang mereka nikmati didunia ini. Hidup adalah pilihan masing-masing pemiliknya, tak ada yang salah dalam memilih jalan hidup selama tidak berpengaruh buruk pada alam dan seisinya. Tapi dari sudut pandang saya, orang yang memilih jalan itu adalah orang yang mati didalam kehidupannya.

Proses yang manusia jalani juga didasarkan atas ideologi yang mereka anut, bukan ideologi politik yang saya maksudkan, tapi dasar kehidupan yang mereka landaskan dalam proses yang mereka jalani untuk menemukan kehidupan sejati. Kehidupan sejati adalah ketika manusia dapat mengerti, memahami dan menjalankan makna "Mati Untuk Hidup". Mati adalah sepenggal kecil dari sederet proses menuju kehidupan sejati. Hidup adalah proses yang dijalani sebelum atau setelah mati, Kehidupan sebelum kematian hanyalah kehidupan semu, kehidupan yang hanya berpangkalkan ambisi dan kehidupan setelah mati adalah kehidupan nyata hasil dari proses yang kita jalani dalam kehidupan semu.
Dan timbul sebuah pertanyaan ....
Kapan kehidupan sebenarnya yang bisa dinikmati ....???
Seorang Ustadz, pendeta, biksu, banyak dari beliau yang berkata bahwa kehidupan nyata adalah kehidupan setelah mati,karna menurut beliau dunia ini adalah fana, yang kekal adalah dialam akhirat nanti.
Yaaa, itu memang benar, sangat benar ....
Tapi bagi saya, baik dunia maupun akhirat, keduanya merupakan kehidupan nyata, karena kehidupan itu bukan hanya untuk dinikmati, melainkan disyukuri dengan segala ketakwaan kita kepada tuhan kita. Jangan berharap mendapatkan kehidupan yang sejati jika kita menjalankan kebaikan dalam hidup karena mengharapkan balasan dari Tuhan,.Tidak ada pilihan antara "Hidup Untuk Mati" atau "Mati Untuk Hidup", karena keduanya harus berjalan berkesinambungan dengan segala rasa syukur bukan hasrat nikmat.

Jumat, 12 Juli 2013

siapa kita untuk indonesia ..??

Pagi ini sejuk, dingin, dan sepi yang jelas. Hari ini bulan ramadhan yang saya rasain sama seperti tiga tahun terakhir. Saya selalu dan selalu berpikir gimana masa depan negara ini, walaupun masa depan saya juga terlalu abu-abu untuk dibayangkan. Yang pasti saya punya mimpi, seperti mimpi negara ini, negara yang terdiri dari ribuan pulau, ratusan juta penduduk, ribuan suku dan budaya. Kalo kita flash back dijaman kerajaan dulu, kita semua pasti kenal Patih Gajah Mada, dan menurut saya beliau adalah orang yang paling berjasa atas negara ini. Nusantara menjadi satu karna beliau, tentunya dengan sumpah palapanya yang terkenal, tapi nampaknya terlalu pagi kalo kita bahas sejarah karena itu butuh ilmu tua kalo kata orang jawa. Kita liat keadaan negara kita sekarang, sebenarny  Indonesia itu butuh apa ...???, ya, The Great Question for this Country. Sumber daya mineral melimpah, lokasi strategis, tanah subur, tapi apa yang terjadi sekarang..??, Siapa yang harus tanggung jawab ...??, Presiden kah ...??, Anggota DPR ...??
Kalo kita ngomong masalah tanggungjawab atas negara ini, kita harus lupakan yang namanya jabatan, karna seharusnya kita semua merasa memiliki negara ini, Presiden, Menteri, Anggota Dewan, bagi saya mereka bukan siapa-siapa kalo mereka g melakukan apapun, kalo hanya sekedar formalitas, tapi kita harus tetap berterimakasih karena mereka udah ngerelain waktu dan pikirannya buat mikirin rakyat. Ya, we have to appreciate them.
Apapun dan bagaimanapun mereka, mereka adalah yang terpilih, kita berhak mengkritik bahkan menghujat mereka karna ketidakmampuan mereka, tapi coba kita lihat kedalam, lihat diri kita dulu, apa kita sudah menjadi warga negara yang baik ...??, coba kita renungkan sejenak.
Siapa kita untuk negara ini ...??, Apa yang bisa kita lakukan untuk negara ini ...??
Saya yakin, andai saja dua pertanyaan diatas dapat tetlintas didalam pikiran semua rakyat negara ini, tanpa ragu semua cita-cita negara ini pasti tercapai.